Langsung ke konten utama

"Bullying pada Anak, antara Subjek dan Objek"

Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia marak dengan kasus perundungan atau yang biasa disebut dengan bullying. Bully merupakan tindakan kekerasan baik dengan fisik dan atau verbal kepada orang lain yang dianggap lebih lemah dengan tujuan untuk mengganggu serta menimbulkan ketidaknyamanan. 

Ada dua faktor yang menyebabkan tindakan bullying, yaitu faktor internal dan eksternal. Hasil penelitian menunjukkan tindakan bullying yang berasal dari faktor internal diantaranya, perasaan cemas, pendiam, rendah diri, dan tidak terbiasa melakukan interaksi sosial. Anak dengan karakter pendiam atau pemalu cenderung rawan mengalami bullying, walaupun tidak semuanya begitu, biasanya karena tidak mampu menyampaikan perlawanan atau tidak mampu mengekspresikan rasa tidak suka.

Sedangkan salah satu faktor eksternalnya adalah pernah melihat orang lain melakukan tindakan kekerasan, baik di dunia nyata maupun tayangan kekerasan di dunia maya, seperti film, berita kriminal dan lain-lain. Anak yang pernah menjadi korban bullying cenderung menjadi pelaku (subjek) bullying. Hal ini bisa terjadi sebagai luapan balas dendam atas perilaku bullying yang pernah didapatkannya. Jadi,seorang anak yang pernah merasakan bullying; jika bisa melawan maka akan menimbulkan kecenderungan ingin memiliki kekuasaan dan memegang kendali atas orang lain, sebaliknya jika tidak bisa melawan maka akan semakin terpuruk kehidupan sosialnya hingga merasa hidupnya tidak berarti.

Faktor eksternal yang lain adalah pola asuh keluarga yang otoriter. Pola asuh atau didikan orangtua yang terlalu keras dan kurang memberikan perhatian serta kasih sayang pada anak akan memunculkan dua karakter; (1) inverior, merasa selalu menjadi orang yang lemah, tidak berdaya, harus menurut, dan tak bisa apa-apa (2) superior, karakter dominan yang selalu ingin meluapkan emosinya dengan menindas orang lain. 

Hal yang perlu dilakukan orang tua untuk membentuk karakter anak anti bullying, baik sebagai pelaku (subjek) maupun sebagai korban (objek), salah satunya adalah menerapkan pendidikan berbasis agama. Pondasi agama yang kokoh akan membentuk anak yang memiliki akhlak baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh dari kegiatan yang bisa membantu terbentuknya karakter yang baik adalah menyampaikan kisah keteladanan Rasulullah yang juga mengalami pembullyan saat menyebarkan ajaran Islam, dan bagaimana perilaku Rasulullah dalam menghadapinya.

Selanjutnya yang harus dilakukan orang tua adalah memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak secara proporsional. Kita menghargai keinginannya, memberikan kebebasan berekspresi sesuai norma yang berlaku, menjadi pendengar yang baik serta merespon pembicaraan anak, yang tentu harus dibarengi dengan sikap tegas terhadap peraturan dan menjaga akhlaq saat berinteraksi dengan lingkungan. 

Menanamkan sikap empati dan bersikap baik dalam pergaulan juga harus dilakukan orang tua. Jika terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan, maka motivasi anak untuk menahan diri agar tidak membalas. Kemudian, bekali anak dengan ilmu bela diri, agar jika mengalami tindakan bullying secara berlebihan hingga menyakiti fisik, mereka mampu melawan dan membuat jera pihak yang membully dan tidak mengulangi perilaku buruknya. 

Terakhir, ajaklah anak berdiskusi tentang dampak negatif bullying, sehingga mereka bisa bijak dalam mengambil sikap saat menghadapi bullying atau melihat orang lain menjadi korban bullying.

Selamat Hari Anak Nasional. 
Semoga anak-anak Indonesia tangguh dan kuat dalam segala hal sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas. 

Santi
Bontang-Kaltim, 16 Juli 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Bijak dalam Bermain Game Online"

Perubahan dari generasi ke generasi sampai pada generasi Z saat ini, bisa dilihat dari kemajuan teknologi yang berkembang semakin pesat. Kehadiran teknologi tidak dipungkiri dampak positifnya terhadap kehidupan manusia di setiap lini. Namun, sayangnya hal tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan akhlak dan moral manusia. Hal ini bisa dilihat dari konten-konten di media sosial yang sama sekali tidak bermanfaat. Biasanya dilakukan oleh anak, remaja, atau yang seusia sekolah menengah.  Gawai adalah salah satu dasar yang menjadikan anak-anak lupa segalanya. Game online juga sudah mewabah di anak-anak, bahkan ada kasus seorang anak yang meninggal karena kecanduan game online. Orang tua yang bijak akan berusaha membatasi penggunaan gawai terhadap anak-anak. Memang ada dampak positif dari bermain game online. Namun, untuk itu seseorang harus tahu durasi waktu bermain game. Jika tidak, maka hal itu bisa membuat kecanduan.  Untuk mencegah anak kecanduan main game o...

"Menjaga Kesehatan Mental, Mencegah Terjadinya Bunuh Diri"

Menjadi orang tua, tidak hanya sekadar menjaga kesehatan fisik anak saja, kesehatan mental anak-anak juga penting untuk diperhatikan. Setelah dilahirkan, anak membutuhkan cinta, bimbingan, dan rasa aman dari orang tua. Ketika orang tua mampu membuat anak merasa terlindungi, sesungguhnya orang tua sedang membangun landasan kuat terhadap kesehatan mental anak. Apabila selama proses tumbuh kembang anak memiliki mental yang sehat dan kuat, ia bisa berpikir jernih, berkonsentrasi, lebih mudah mempelajari hal baru, serta mampu bersosialisasi dengan baik. Kesehatan mental yang baik sangat diperlukan dalam pembangunan rasa percaya diri, harga diri, serta mengatur emosional.  Laporan dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022 menyatakan bahwa 34,9% remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Adapun jenis gangguan mental yang paling sering dialami adalah ADHD, depresi, dan gangguan cemas. Bahkan, beberapa kondisi tersebut bisa terjadi secara bersamaan....

"Mencegah dan Mengatasi Stunting"

Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya pertumbuhan tinggi dan berat badan anak apabila dibandingkan dengan anak - anak seusianya. Sederhananya stunting merupakan sebutan dari gangguan pertumbuhan anak. Penyebab utamanya adalah kurangnya asupan nutrisi dalam masa pertumbuhan anak. Hal ini berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. Langkah awal mengatasi stunting yang paling efektif adalah menjaga asupan bergizi bagi ibu hamil. Gizi seimbang dengan memperhatikan konsumsi beberapa mikronutrien yang penting dalam kehamilan, seperti asam folat, kalsium, dan zat besi. Asupan ibu mempengaruhi perkembangan janinnya. Langkah selanjutnya adalah memberikan ASI eksklusif selama enam bulan. ASI kaya akan kandungan gizi makro dan mikro yang berperan penting dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Bil...