Ahad pagi kemarin, di tengah udara dingin akibat Samarinda tiga hari dilanda hujan kecil, saya sudah siap di depan gawai. Bermaksud menyaksikan pelantikan pemimpin baru di Partai Keadilan Sejahtera Dewan Pengurus Wilayah Kalimantan Timur (PKS DPW Kaltim).
Sesuai ta'limat, hanya 200 orang yang bisa masuk ke ruang Zoom, tapi ternyata kuota data tak mendukung keberadaan saya di Zoom. Akhirnya dengan legowo, melipir ke Chanel Youtube PKS-TV Kaltim.
Saya perhatikan wajah-wajah yang muncul di layar ponsel, saya berdecak kagum. Inilah saatnya para ahli kebaikan, bermain di ranah politik praktis --yang menurut banyak orang adalah wilayah yang penuh bahaya-- memberi kontribusi terhadap usaha menjayakan Indonesia, dan tak saya temukan ekspresi ragu sedikit pun, dari para Ustadz yang terpilih menduduki kursi jabatan di DPW PKS Kaltim.
Saya temui wajah Ust Khairul Alim Al Hafidz, beliau adalah kepala Pondok Pesantren Al Fajar, tempat anak saya bermukim selama 2,5 tahun di masa SMU-nya. Ada juga wajah Ust Abdul Wahab Syahrani, Kepala Sekolah SMAIT Granada Samarinda, pun Kepsek anak saya saat bersekolah di SMPIT Cordova. Saya paham kesholihan keduanya, dan tentu saja kapasitas yang dimiliki. Betul-betul tak salah pilih.
Lalu pandangan saya beralih kepada sang Lokomotif, Ketua Umum DPW PKS Kaltim yang baru. Saat nama beliau pertama kali muncul dalam Mukerwil (Musyawarah Kerja Wilayah) beberapa waktu yang lalu, saya sempat menemukan beberapa media online yang penasaran dengan sosok bapak satu ini. Menurut banyak pekerja berita, mereka tak menemukan rekam jejak beliau di PKS.
Dengan modal penasaran, saya mencoba mencari informasi tentang beliau, dan menemukan dalam KoranKaltim.com, tertanggal 28 Desember 2020, bahwa beliau adalah ketua Partai Keadilan DPD Kota Bontang di tahun 1999, cikal bakal PKS zaman lampau.
Komitmen untuk meninggalkan jabatan struktural di partai, karena beliau adalah pegawai BUMN PT. Pupuk Kaltim, adalah bukti ketaatan pada negara, patuh pada peraturan yang melarang pegawai BUMN berpartai. Namun, tak mengurangi kontribusi beliau dalam perjuangan politik, dengan bekerja di balik layar mendampingi para pengurus PKS.
Saat ini, setelah beliau pensiun dari tugasnya sebagai abdi negara. Beliau memilih tetap berkontribusi untuk Indonesia, dengan cara kembali bekerja di ranah politik, dan menerima amanah sebagai Ketua DPW PKS Kaltim, periode 2021-2025.
Tak cukup dengan informasi yang saya dapatkan, saya beralih ke Youtube. Saya menemukan live streaming pidato politik Pak Dedi Kurniadi, pada Musyawarah Wilayah DPW PKS Kaltim tanggal 27 Desember 2020 yang lalu.
Beliau menyampaikan, "Begitu banyak orang-orang yang bersembunyi di balik kata membangun, padahal sesungguhnya mereka sedang merusak. Oleh karena itu, kita hadir dalam posisi ini, selangkah demi selangkah, untuk memperbaiki."
Beliau sempat menyitir sebuah ayat dalam Al Quran, "Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS Al-Baqarah:11-12).
Pidato politik yang jauh dari kesan berapi-api, tapi lembut menyelusup ke hati para kader PKS. Gesture sang Lokomotif yang begitu kalem, mengingatkan kita pada sosok Shohibul Imam, Ketua DPP PKS periode sebelumnya, yang berhasil membawa PKS pada kenaikan suara yang signifikan, tanpa melepas atribut ketawadhuan pada diri setiap kadernya. Semoga itu juga yang akan terjadi pada PKS Kaltim, di bawah kepemimpinan Pak Dedi Kurniadi.
Saya doakan Pak Dedi Kurniadi, semoga Allah bimbing selalu dalam menjalankan amanahnya. Allah satukan hati seluruh kader PKS, untuk setia dan taat menjalankan program yang telah ditetapkan, tanpa kehilangan daya kritis, serta Allah mudahkan da'wah PKS diterima oleh semua lapisan masyarakat di Propinsi Kalimantan Timur.
Samarinda, 15 Februari 2021
Oleh : Veradina Rahmawati
Komentar
Posting Komentar