Surat Terbuka dari Seorang Kader
Setiap kali mendengar kabar bertambahnya penderita covid 19, selalu terlintas rasa was-was dalam benak. Terlebih lagi jika ternyata mereka adalah orang-orang dekat, tetangga atau sahabat. Bagaimana tidak, setahun setelah virus ini masuk ke tanah air, bukannya makin berkurang kasus penderitanya. Justru semakin hari semakin bertambah banyak, dan sepertinya makin dekat saja.
Sebaik-baik kami berikhtiar memakai masker setiap keluar rumah, dan rajin mencuci tangan, ketetapan-Nya tetap tak bisa dilawan. Begitu pun dengan saya, entah mungkin ketika saya lengah menerapkan ritual 3M atau bisa jadi memang saat imun sedang menurun.
Kamis sore (18/2), keponakan menghubungi saya via Whatsapp mengabarkan bahwa hasil test rapid antigen ibunya positif, dan saya sekeluarga terakhir kontak erat dengan beliau Jum'at pekan lalu. Kemudian terpikir, menghubung-hubungkan kondisi kesehatan saya yang menurun sejak Senin sore. Sempat merasakan diare, sakit kepala nyut-nyutan, lalu disusul demam setelahnya. Malam harinya saya minum paracetamol untuk mengurangi sakit. Nyeri di kepala sudah tidak begitu mengganggu saat bangun tidur esok harinya, tapi berganti seluruh tulang rasanya ngilu.
Curiga bahwa saya terpapar virus juga, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti saran seorang sahabat untuk segera melakukan test rapid antigen. Meskipun suami dan anak-anak membesarkan hati saya, mencoba menghibur dan mengatakan kepada saya untuk tidak terlalu parno. Mereka mengatakan sakitnya saya semata karena dua hari sebelumnya sempat kehujanan. Terlebih saat saya katakan indera penciuman saya normal adanya.
Dengan sisa uang yang ada, saya pergi ke klinik terdekat untuk tes. Demi meyakinkan ada atau tidaknya si virus dalam tubuh saya. Berharap hasilnya negatif jadi saya bisa mensupport isolasi mandiri keluarga kakak. Qodarullah, hasil tes saya pun ternyata positif. Segera saya mengabarkan hal tersebut kepada Guru Ngaji di ta'lim PKS, dan beberapa teman di lingkaran da'wah PKS Palaran. Tak lama, saya diminta untuk mengisi data diri dan beberapa informasi terkait hasil tes.
Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati. Bagaimana nanti dengan anak-anak, keluarga kakak yang harus isolasi mandiri, dan orang-orang yang sempat berinteraksi dengan saya dua hari sebelumnya.
Sepanjang perjalanan pulang hati saya masih diliputi kecemasan, tapi ponsel saya tak berhenti memunculkan notifikasi. Chat WA juga panggilan masuk ... yang semuanya berisi support dan doa dari teman-teman.
Saya tahu saya lemah, saya gak mungkin sendirian. Butuh orang lain untuk menguatkan. Sesekali air mata menetes, mendapati begitu banyak perhatian yang diberikan teman-teman. Bahkan saat seorang teman bertanya, "Mbak, besok mau sarapan apa?" Saya hanya bisa membalas dengan emot mewek. Begitu melow dan bapernya saya saat dalam kondisi seperti ini.
Sempat khawatir bagaimana kami bisa melewati masa isolasi mandiri ini jika tidak ada pemasukan sama sekali, sementara keluarga harus isolasi mandiri juga. Namun kekhawatiran itu lenyap, saat tanpa saya minta teman-teman di DPC PKS Palaran, menggalang dana untuk keluarga kami. Menanyakan apa saja yang kami butuhkan serta menyanggupi untuk mengantarkan hingga depan pintu rumah. Alhamdulillah, Allah hadirkan orang-orang baik di sekeliling saya.
Tak hanya teman yang masih satu kota Samarinda, seorang teman dari Balikpapan pun menawarkan diri untuk mengirimkan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Begitu juga seorang kader PKS Palaran yang sudah sempat pindah tugas ke Pulau Jawa.
MasyaAllah betapa luar biasanya Engkau mempersaudarakan kami dalam ikatan cinta-Mu. Ukhuwah ini begitu indah.
Kami tak saling mengenal sebelumnya. Bukan berasal dari suku yang sama, tingkat pendidikan yang berbeda, profesi yang beragam, juga status sosial yang beraneka. Namun, saya merasa seperti menemukan rumah sendiri. Keluarga baru yang saya temui di tanah rantau.
Pagi-pagi sekali saya sudah mendapati beberapa bungkus nasi yang sengaja dicantolkan pada gagang pintu rumah. Tak lama setelahnya ketua DPC PKS Palaran menghubungi saya via telpon, mengabarkan bahwa beliau bersama rombongan dari DPD PKS Samarinda sedang dalam perjalanan menuju ke rumah membawa bantuan logistik.
Saya hanya mampu terisak menahan haru. Siapalah saya ... kader yang tak seberapa kontribusinya untuk jamaah da'wah ini, tapi perhatian yang saya terima begitu besar. Menyentuh dinding hati, menguatkan tekad untuk terus bersama partai ini, dan lebih berkontribusi lagi dalam pergerakan da'wahnya.
Samarinda, 19 Februari 2021
- Yuni Sajid -
Masyaa Allah😭
BalasHapusAllahu aakbar
BalasHapus